https://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/issue/feedSENATASI2025-01-09T05:50:40+00:00Open Journal Systems<p>Prosiding Seminar Nasional Pertanian Pesisir diterbitkan 1 kali setiap tahun. Prosiding yang diterbitkan merupakan naskah peserta Seminar Nasional Pertanian Pesisir. Topik pada Seminar ini mengangkat tentang perkembangan teknologi pertanian di kawasan pesisir. </p>https://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/215PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI MEDIA MURASHIGE SKOOG TERHADAP PERAKARAN SUB KULTUR NENAS (Ananas comosus (L) (MERR) BOGOR AKSESI BANGKA2025-01-01T08:01:30+00:00Iz Damaitaizdamaita@gmail.comIsmed Inonuizdamaita@gmail.com<p>Salah satu tahap penting dalam perbanyakan kultur jaringan adalah perakaran bibit. Perakaran yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas suatu tanaman yang dihasilkan salah satunya diperlukan perhatian terhadap media tanam. Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan keberhasilan perakaran bibit nenas, penelitian ini difokuskan mengkaji pengaruh berbagai formulasi media MS (Murashige dan Skoog) terhadap perakaran sub kultur nenas Bogor aksesi Bangka. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi media MS. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Mei 2024, Penelitian dilaksanakan di Laboratorium PT. Agro Pratama Sejahtera, Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat ulangan. Perlakuannya adalah konsentrasi media MS yaitu Media MS 1, MS ¾, MS ½ dan MS ¼. Data yang diambil di analisis menggunakan Uji ANOVA dan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi media MS berpengaruh nyata terhadap dengan pertambahan jumlah akar, dan waktu muncul akar, serta berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar, tetapi tidak berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah daun. Konsentrasi Media MS ¾ yang menghasilkan pertumbuhan perakaran terbaik adalah konsentrasi media MS pada ekplan nenas Bogor aksesi Bangka berasal dari subkultur in vitro.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/240IDENTIFIKASI TOLERANSI CEKAMAN SALINITAS PADA GALUR PADI HASIL PERSILANGAN VARIETAS LOKAL UNTUK BUDIDAYA PADI DI LAHAN PESISIR2025-01-09T05:50:40+00:00Reny Herawatireny.herawati@unib.ac.idArdea Gita Lafeareny.herawati@unib.ac.id Masdarreny.herawati@unib.ac.idMarulak Simarmatareny.herawati@unib.ac.id<p>Pemanfaatan lahan marginal, termasuk lahan pesisir untuk budidaya padi merupakan terobosan untuk memacu produksi beras nasional. Potensi lahan pesisir Indonesia yang memiliki garis pantai sepanjang 106.000 km diperkirakan mencapai 1.060.000 ha. Perakitan varietas padi toleran salinitas dapat dilakukan melalui program pemuliaan, yaitu menggabungkan karakter donor toleran dari tetua dengan donor tetua yang mempunyai produktivitas tinggi. Pemuliaan tanaman padi dengan memanfaatkan varietas lokal dengan memperhatikan keragaman spesifik yang dimiliki padi lokal diharapkan dapat meningkatkan keunggulan varietas lokal yang dibudidayakan di lokasi spesifik. Percobaan menggunakan Rancangan Split Plot faktorial yang diulang 3 kali, sebagai petak utama adalah konsentrasi NaCl yaitu 0, 5000, dan 10000 ppm, sedangkan sebagai anak petak adalah 19 galur <br>terpilih dan 2 varietas cek toleran dan peka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman salinitas pada taraf 5000 ppm atau setara dengan 7.8 dS.m-1 mampu mendeteksi tingkat toleransi pada galur padi inbrida hasil persilangan varietas lokal. Teridentifikasi 10 galur toleran dan 9 galur moderat toleran. Galur-galur G2, G5, G9, G10, G11, G12, G13, G15, G16, dan G17 potensial untuk diuji lebih lanjut dan dibudidayakan di lahan pesisir.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/217PENGARUH PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium cepa var. Aggregatum)2025-01-01T08:40:19+00:00Cici Juwita Sidabaribamarlin@unib.ac.idMarlin Marlinmarlin@unib.ac.idSigit Sudjatmikomarlin@unib.ac.id<p>Bawang merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura penting dengan beragam manfaat. Upaya peningkatan produksi bawang merah dapat dilakukan dengan penggunaan varietas yang tepat dan penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis pupuk kandang sapi dengan varietas bawang merah terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, dengan ketinggian tempat 15 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu jenis varietas tanaman bawang merah (V) meliputi varietas Bima (V1), Batu ijo (V2) dan Selupu merah (V3). Faktor kedua adalah dosis pupuk kandang sapi (K) yang terdiri dari empat (4) taraf dosis yaitu: 0 ton/ha (K0), 10 ton/ha (K1), 20 ton/ha (K2), 30 ton/ha (K3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas bawang merah dengan dosis pupuk kandang sapi. Belum diperoleh dosis optimal pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 30 ton/ha merupakan perlakuan terbaik hal ini dapat dilihat dari komponen hasil yang diperoleh. Varietas Bima merupakan varietas terbaik dari kedua varietas lainnya.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/216RESPONS JAGUNG MANIS TERHADAP ABU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI KALIUM2025-01-01T08:29:28+00:00Berkat Perdamean Simanullangnsetyowati@unib.ac.idUswatun Nurjanahnsetyowati@unib.ac.idMerakati Handajaningsihnsetyowati@unib.ac.idNanik Setyowatinsetyowati@unib.ac.id<p>Abu tandan kosong kelapa sawit (ATKKS) dapat mengurangi penggunaan pupuk kalium sintetik pada tanaman melalui unsur hara kalium yang dikandungnya. Disisi lain, jagung manis membutuhkan kalium untuk membentuk tongkolnya. Penelitian bertujuan untuk menentukan kombinasi ATKKS dan KCl serta waktu aplikasi ATKKS yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil jagung manis. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bentiring Permai, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu, Indonesia. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan. Terdapat 12 kombinasi perlakuan dari 2 faktor dan 1 kontrol (100 % KCl). Faktor pertama yaitu komposisi pupuk yang terdiri dari 100% ATKKS, 75% ATKKS + 25% KCl, 50% ATKKS + 50% KCl, 25% ATKKS + 75% KCl. Faktor kedua adalah waktu aplikasi ATKKS yang terdiri dari, saat tanam, 10 dan 20 hari sebelum tanam (HST). Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan Analisis Varian (ANAVA) menggunakan uji F pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan, tinggi tanaman, diameter batang, kemanisan biji jagung manis, diameter tongkol berkelobot, panjang tongkol, jumlah biji per baris, bobot tongkol berkelobot, dan bobot tongkol berkelobot per petak pada komposisi 50% ATKKS + 50% KCl yang diaplikasikan 10 HST lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan 100% ATKKS menghasilkan jumlah daun, luas daun, dan jumlah baris per tongkol, lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Waktu aplikasi ATKKS 10 HST menghasilkan pertumbuhan dan hasil jagung manis lebih baik yang diindikasikan dengan jumlah daun, luas daun, jumlah baris per tongkol, lebih tinggi dibandingkan waktu aplikasi pupuk pada saat tanam dan 20 HST Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa abu tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk menggantikan pupuk sintetik kalium pada budidaya jagung manis.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/218RESPON PERTUMBUHAN TRUE SEED OF SHALLOT (TSS) PADA BERBAGAI JENIS PUPUK KANDANG DALAM MEDIA SOIL BLOCK2025-01-01T09:47:02+00:00Indra Jayaindrajayamauza@gmail.comEries Dyah Mustikariniindrajayamauza@gmail.com<p>Peningkatan produksi tanaman bawang merah dapat diupayakan dengan penggunaan bahan tanam yang berkualitas. Bahan tanam yang berkualitas dan seragam dapat diperoleh dari biji. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh berbagai pupuk kandang dalam media soil block terhadap pertumbuhan True Seed of Shallot (TSS). Tujuan penelitian adalah mengetahui pertumbuhan benih bawang merah asal TSS pada soil block dengan perbedaan komposisi media tanam yang terdiri dari beberapa jenis pupuk kandang. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Mei 2024, bertempat di greenhouse yang terletak di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL), ulangan terdiri dari 5. Perlakuan adalah media soil block dengan komposisi 30% pupuk kandang, 30% tanah (top soil), 30% cocopeat, 5% phospat alam, dan 5% kapur pertanian. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, sapi, kambing, walet, dan kelelawar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Fisher (uji F) dan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan 99% dan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TSS mampu berkecambah dengan daya perkecambahan 100% pada media yang mengandung pupuk kandang ayam, kambing, dan sapi. TSS yang ditanam pada media yang mengandung pupuk kandang walet menunjukkan daya perkecambahan 58,21%, sedangkan pada media yang mengandung pupuk kandang kelelawar tidak mampu berkecambah. Komposisi media tanam soil block berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih TSS, yaitu pada peubah laju perkecambahan, tinggi tanaman, laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan laju pertumbuhan jumlah daun. Media soil block yang mengandung pupuk kandang ayam menunjukkan nilai peubah tertinggi yaitu pada laju perkecambahan, laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan laju pertumbuhan jumlah daun.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/219OPTIMALISASI PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT PAKCHONG (Pennisetum purpureum cv Thailand) DENGAN PENGAPLIKASIAN BIOSAKA DAN PUPUK NPK DI LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH2025-01-01T09:52:06+00:00Ayu Prasiwitrilestariubb3@gmail.comTri Lestaritrilestariubb3@gmail.comEries Dyah Mustikarinitrilestariubb3@gmail.com<p>Rumput pakchong merupakan hijauan pakan ternak yang berpotensi untuk dibudidayakan di lahan pasca tambang timah. Kandungan hara yang rendah pada lahan pasca tambang timah dapat dioptimalkan dengan pengaplikasian biosaka dan NPK. Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai Mei 2024. Tempat penelitian di lahan Kampoeng Reklamasi Air Jangkang, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan, jumlah blok adalah 6. Perlakuan pada penelitian terdiri dari biosaka (P1), biosaka + NPK 25% (P2), biosaka + NPK 50% (P3), biosaka + NPK 75% (P4), dan biosaka + NPK 100% (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian biosaka + NPK berpengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, diameter ruas dan hasil per petak. Aplikasi biosaka + NPK berpengaruh nyata terhadap panjang ruas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk. Pemberian biosaka pada tanaman rumput pakchong di lahan pasca tambang timah mampu mengurangi penggunaan NPK sebesar 50%.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/220KINETIKA PERUBAHAN KADAR AIR TOMAT SELAMA PENYIMPANAN MENGGUNAKAN PATI BIJI ALPUKAT SEBAGAI EDIBLE COATING2025-01-01T14:33:10+00:00Arina Fatharanidevisilsia@unib.ac.idDevi Silsiadevisilsia@unib.ac.idMan Afrisaldevisilsia@unib.ac.idBosman Sidebangdevisilsia@unib.ac.id<p>Tomat merupakan produk hortikultura dan termasuk ke dalam buah klimakterik yang memiliki umur simpan yang pendek dan cepat menunjukkan penurunan kualitas atau tanda-tanda kerusakan selama penyimpanan. Upaya untuk memperlambat tingkat kerusakan tomat dapat dilakukan dengan menggunakan edible coating untuk menjaga kualitas tomat selama penyimpanan. Salah satu inovasi edible coating yang berpotensi untuk menjaga kualitas tomat selama penyimpanan adalah dengan menggunakan pati biji alpukat. Salah satu parameter penting yang dapat dianalisis pada penyimpanan buah tomat menggunakan pati biji alpukat sebagai edible coating adalah kadar air yang sangat mendominasi pada mutu buah tomat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinetika perubahan kadar air tomat selama penyimpanan menggunakan pati biji alpukat sebagai edible coating. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan, yaitu konsentrasi pati biji alpukat pada edible coating sebesar 0, 1, 3, 5, dan 7%. Kualitas yang diamati adalah kadar air tomat yang disimpan selama 240 jam pada suhu dan RH lingkungan. Tomat dengan variasi perlakuan konsentrasi pati biji alpukat pada edible coating mempengaruhi kinetika perubahan kadar air tomat selama penyimpanan. Perubahan tersebut dapat dimodelkan menggunakan persamaan kinetika dan regresi dengan nilai koefisien determinasi (R²) rerata sebesar 0,8568 pada rentang variasi konsentrasi pati biji alpukat 0-7% sebagai edible coating.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/221KAJIAN ORGANOLEPTIK DAN FISIK SELAI LEMBAR KOLANG KALING (Arenga pinnata) DENGAN PENAMBAHAN ROSELLA SEBAGAI SELAI WARNA FUNGSIONAL KHAS BENGKULU2025-01-01T14:39:37+00:00Selly Ratna Saridevisilsia@unib.ac.idDevi Silsiadevi.silsia@unib.ac.idBening Tyas Sucidevi.silsia@unib.ac.idLaili Susantidevi.silsia@unib.ac.id<p>Provinsi Bengkulu memiliki aneka makanan khas. Akan tetapi makanan khas saat ini masih sekedar makanan manis atau makanan utama. Makanan khas yang menjadi cemilan atau menarik perhatian masih perlu alternatif lain. Provinsi bengkulu memiliki tanaman yang selalu ada seperti kolang-kaling. Kandungan kolang kaling banyak manfaat untuk tubuh seperti antioksidan dan beberapa kandungan lain sehingga bersifat fungsional. Kolang kaling dapat dijadikan selai lembaran. Selai lembaran memiliki kekurangan warna yang tidak khas dan karakteristik organoleptik yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat organoleptik dan sifat fisik (warna) terhadap selai kolang-kaling dengan penambahan bunga rosella dan pektin. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Faktor yang digunakan meliputi faktor bubur bunga rosella yaitu konsentrasi 10, 20 dan 30% dan penambahan pektin dengan konsentrasi 0,5 %, 0,75% dan 1%. Hasil penelitian menunjukan Formulasi bubur bunga rosella dengan konsentrasi 20% dan pektin 0,75% menghasilkan warna yang disukai dan organoleptik disukai panelis. Kajian dasar ini dapat menjadikan penelitian dasar untuk menghasilkan selai warna fungsional khas Provinsi Bengkulu.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/206UPAYA PENURUNAN KADAR PENGOTOR LIMBAH SERABUT KELAPA SAWIT (PALM PRESS FIBRE) DALAM PEMBUATAN SERABUT PUTIH (WHITE CELLULOSE)2024-12-31T02:31:59+00:00Fitri Yuwitadevisilsia@unib.ac.idMuhammad Herdyenatadevisilsia@unib.ac.idDevi Silsiadevisilsia@unib.ac.id<p>Palm oil processing produces various wastes where one of the wastes produced is palm press fiber. These fibers only accumulate and become a problem in the company so it is necessary to find alternative uses to be used as new products. Palm fiber is one of the natural fibers that can be used as white fiber (white cellulose). However, the high content of impuritis levels in oil palm fibers can reduce the quality of the white fiber produced. The purpose of the study was to determine the concentration of NaOH and Soaking Time to determine the level of impurities in oil palm fibers in accordance with SNI 12 6094-1999. The experimental design used in this study was a Complete Randomized Design (CRD) with two factors, namely NaOH concentration consisting of 3 levels, namely 10%, 15%, 20% and the immersion time which consisted of 3 levels, namely 1 hour, 1.5 hours and 2 hours. The results showed the lowest impurity content of 12.6% at 2-hour soaking in 20% NaOH solution and after further analysis, the lowest impurity level was 3% at 24-hour immersion in 90% NaOH solution and the lowest fiber water content of 3.3%.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/222PENYIMPANAN BENIH PADI BERMALAI AKSESI LOKAL BANGKA UNTUK MEMPERTAHANKAN KUALITAS BENIH SELAMA PENYIMPANAN2025-01-01T14:44:29+00:00Marini Marinirinimrini13@gmail.comEries Dyah Mustikarinirinimrini13@gmail.com<p>Penyimpanan benih merupakan cara yang dilakukan untuk memastikan kualitas benih tetap terjaga dengan baik selama penyimpanan. Penyimpanan yang baik adalah penyimpanan yang mampu mempertahankan vigor dan viabilitas benih selama penyimpanan, salah satunya melalui metode penyimpanan yang tepat. Penelitian ini bertujuan menentukan metode penyimpanan yang paling sesuai untuk setiap aksesi padi lokal Bangka. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2024. Tempat penelitian di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, FPPK, Universitas Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain split plot RAL. Petak utama terdiri dari 2 metode penyimpanan benih (dengan malai dan tanpa malai). Anak petak terdiri dari 6 aksesi padi lokal Bangka (aksesi Mukot, Jawa, Ungu, Pulut Hitam, Balok Merah dan Mayang Hutan) dengan empat ulangan. Analisis data menggunakan uji fisher (ANOVA) dan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh nyata perlakuan aksesi terhadap karakter yang diamati. Perlakuan metode simpan berpengaruh nyata pada karakter kadar air dan berat kering kecambah normal. Terdapat pengaruh interaksi yang nyata pada karakter keserempakan tumbuh, indeks vigor dan berat kering kecambah normal. Metode penyimpanan dengan malai menunjukan kadar air lebih tinggi dibanding penyimpanan tanpa malai. Aksesi Mayang Hutan memiliki kadar air tertinggi. Perlakuan penyimpanan tanpa malai menunjukan hasil berat kering kecambah normal lebih tinggi dibandingkan perlakuan penyimpanan dengan malai. Aksesi Balok Merah memiliki berat kering kecambah normal tertinggi. Interaksi terbaik terdapat pada aksesi mayang hutan dengan metode penyimpanan bermalai, dan aksesi balok merah dengan metode penyimpanan tanpa malai.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/223PENGARUH SUHU PENGERINGAN PADA PEMBUATAN BUBUK TEH HERBAL DAUN SENDUDUK (Melastoma malabathricum L) TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK2025-01-01T14:49:57+00:00Yuli Sumitayulisumita2001@gmail.comSahrialyulisumita2001@gmail.comUlyartiyulisumita2001@gmail.com2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/205PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM TERHADAP KARAKTERISTIK ROTI DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG UWI UNGU (Dioscorea alata L.) 2024-12-31T01:36:54+00:00Aida Fitri Lennyaidafitrilenny101@gmail.comUlyartiaidafitrilenny101@gmail.comS. L Rahmiaidafitrilenny101@gmail.com<p>This research was conducted to determine the effect of xanthan gum concentration on <br>the characteristics of bread with the substitution of purple yam flour. This research uses the <br>Completely Randomized Design (CRD) method with treatment levels 0%, 0.5%, 1%, 1.5%, <br>2%, and 2.5% with 3 repetitions to obtain 18 experimental units. The parameters observed <br>were water content, porosity, specific loaf volume, anthocyanins, antioxidant activity, and <br>organoleptic tests. The data obtained were analyzed using ANOVA at 1% and 5% levels. If <br>there is an effect of treatment, it will be continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT)<br>at the 5% level. The research results showed that the effect of xanthan gum concentration in <br>purple yam bread had a significantimpact on water content, specific loaf volume, hedonic <br>texture quality test, overall test, and multiple comparison test but had no significant effect on <br>porosity, anthocyanin, hedonic test (color, aroma), color hedonic quality test. The best <br>treatment was 1.5% treatment with a value of 37.65% water content, 72.70% porosity, specific <br>loaf volume 4.18 cm3/g, antioxidant activity 30.13%, anthocyanin 18.43 mg/g, assessment <br>color parameters 3.68 (somewhat like it), aroma 3.44 (somewhat like it), and 2.80 (not typical <br>of Uwi- typical of Uwi), texture 3.76 (somewhat hard-soft), plural ratio 5 .08 (slightly <br>somewhat better than R-better than R), and overall acceptance 3.92 (somewhat like-like).</p> <p><br>Keyword: Bread, Purple Uwi, Xanthan Gum</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/203KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench). DENGAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK N, P, K DI LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH 2024-12-31T01:25:13+00:00Anggun Puspita Dewi trilestariubb3@gmail.comTri Lestaritrilestariubb3@gmail.comEries Dyah Mustikarinitrilestariubb3@gmail.com<p>Post-tin mining land includes land that has low nutrient availability, which determines <br>the right dose of N, P, and K fertilizers for sorghum plant growth on post-tin mining. This study <br>aims to determine which sorghum varieties have optimal growth in post-tin mining land and <br>determine the right doses of N, P, and K fertilizers for sorghum plant growth on post-tin mining <br>land. The research was conducted on the land of Kampoeng Reklamasi Air Jangkang, <br>Merawang District, Bangka Regency from November 2023 to March 2024. The first factor was <br>3 varieties of sorghum (Numbu, Bioguma, and Super 2). The second factor is doses of N, P, and <br>K fertilizer consisting of Urea 90 kg/ha, SP-36 60kg/ha, KCl 45 kg/ha (P1) and Urea 180 kg/ha, <br>SP-36 120kg/ha, KCl 90 kg/ha. The results showed that variety treatment had a very significant <br>on plant height, number of leaves, leaf length, and panicle length and variety treatment had a <br>significant to root length and seed weight per plant. The variety that has the best adaptability is <br>the Numbu. Fertilizer doses significantly affected leaf length, panicle length, and wet stover <br>weight. The treatment of 100% N, P, and K fertilizer doses gave better results than 50%. There <br>is a significant interaction effect on root length parameters.</p> <p><br>Keywords: Variety, Sorghum, NPK fertilizer, dosage, and post-tin mine land</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/229KOMBINASI BIOCHAR, PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK MAJEMUK NPK SEBAGAI MEDIA TANAM KACANG PANJANG PADA PERTANIAN URBAN FARMING2025-01-08T11:55:19+00:00Marulak Simarmatamarulak@unib.ac.idNadinda Ditya Putrimarulak@unib.ac.idWidodomarulak@unib.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan interaksi antara dosis pupuk majemuk NPK dengan komposisi pupuk kandang dan biochar pada media tanam kacang panjang. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam yaitu M1 (80% ultisols + 10% biochar + 10% pupuk kandang sapi), M2 (80% ultisols + 0 biochar + 20% pupuk kandang sapi), M3 (70% ultisols + 15% biochar + 15% pupuk kandang sapi), M4 (70% ultisols + 0 biochar + 30% pupuk kandang sapi). Faktor kedua 3 taraf pupuk majemuk NPK yaitu Kontrol P0 (0 kg/ha), P1 (NPK 100 kg/ha), P2 (NPK 200 kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara komposisi media tanam dengan dosis pupuk majemuk NPK pada variabel waktu muncul bunga. Perlakuan komposisi media tanam 70% ultisols + 0 biochar + 30% pupuk kandang sapi menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman kacang Panjang tertinggi. Komposisi media tanam 70% ultisols + 15% biochar + 15% pupuk kandang sapi menghasilkan jumlah polong, panjang polong, dan berat segar polong tertinggi pada tanaman kacang Panjang.<br>Kata kunci : NPK, biochar, kacang panjang, kotoran sapi.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/204PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI 2024-12-31T01:28:39+00:00Marulak Simarmatamarulak@unib.ac.idAndre Boydo Pardomuan Panjaitanmarulak@unib.ac.idUsman Kris Joko Suharjomarulak@unib.ac.id<p>Soybeans are widely cultivated in Indonesia. Soybean nuts can be used as food or feed <br>because they have a high protein content. The research aims to determine the interaction between <br>the concentration and application time interval of liquid organic fertilizer (LOF) extracted from <br>Paitan plants on the growth and yield of soybeans. The research was carried out in the Agronomy <br>Experimental Station of the Agricultural Faculty, Bengkulu University, located in Kandang <br>Limun District, from August to November 2023. The experiment was arranged in a completely <br>randomized design (CRD) with 2 factors and 3 replications. The first factor is the concentration <br>of LOF, which consists of P0 (0%), P1 (25%), P2 (50%), and P3 (75%), and the second factor is<br>the application time interval of LOF, namely W1 (5 days), W2 (10 days), and W3 (15 days). The <br>observation data was statistically analyzed with ANOVA at 5% and further tested with the <br>Duncan Multiple Range Test (DMRT) at 5%. The results showed no interaction between the <br>concentration and application time interval of LOF on the growth and yield of soybeans. The <br>concentration of LOF showed a significant influence on the greenness level of the leaf, while the <br>application time intervals of LOF had a significant effect on the number of productive branches. <br>The best growth and yield of soybeans were observed at LOF 50% with a 5-day application time <br>interval.</p> <p><br>Key words: application time interval, concentration, LOF, soybean, Paitan plants.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/239PENGARUH BOBOT MAHKOTA DAN AKSESI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT NANAS PADA FASE INITIAL GROWTH2025-01-09T05:44:50+00:00Anggela Yolandayulian@unib.ac.idYulianyulian@unib.ac.idMasdaryulian@unib.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk menentukan interaksi antara aksesi dan bobot mahkota nanas, aksesi terbaik, dan bobot mahkota terbaik dalam pertumbuhan pada fase initial growth. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober 2022 sampai Januari 2023 di kebun percobaan kelurahan Sukamerindu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu dengan ketinggian tempat 10 mdpl. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dua faktor yaitu bobot mahkota (B1 dan B2) dan aksesi nanas (25 aksesi). Dari faktor perlakuan tersebut diperoleh 50 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 150 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA (Analisis of Varian) pada taraf 5%. Apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5 %. Hasil dari penelitian menunjukkan interaksi antara bobot mahkota dan aksesi nanas yang berbeda tidak nyata. Aksesi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Akan tetapi, tidak berpengaruh nyata terhadap kehijauan daun dan kerapatan stomata. Bobot mahkota berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Akan tetapi, tidak berpengaruh nyata terhadap kehijauan daun dan kerapatan stomata. Kadar klorofil tertinggi terdapat pada aksesi Alai 13 yaitu 15,15 mg/L dan terendah diperoleh pada aksesi Babat 1 yaitu 4,57 mg/L. Kandungan prolin tertinggi yaitu 0,541µmol prolin/g terdapat pada aksesi Babat 1 sedangkan kandungan prolin terendah yaitu 0,257 µmol prolin/g terdapat pada aksesi Pangkul 18. Aksesi Babat 1 yang daunnya mengandung prolin tertinggi, diduga lebih toleran terhadap cekaman dibanding Pangkul 18 yang kandungan prolinnya lebih rendah. </p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/238ANALISIS FISIKOKIMIA DAN SENSORIS CASCARA KOMBUCHA DARI PULP KOPI ROBUSTA2025-01-09T05:18:24+00:00Shinta Anggrainiulfahanis@unib.ac.idHasanuddinulfahanis@unib.ac.idSyafnilulfahanis@unib.ac.idUlfah Anisulfahanis@unib.ac.id<p>Kulit kopi merupakan hasil samping pada pengolahan buah kopi. Kulit kopi biasanya hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan. Kulit kopi tersebut bila dikeringkan akan menghasilkan kulit kopi kering, yang disebut cascara. Cascara mengandung antioksidan serta beberapa senyawa lain sama seperti pada kopi. Cascara biasanya diseduh seperti teh, yaitu dengan menambahkan air. Cascara dapat difermentasi dengan menambahkan starter SCOBY sehingga disebut cascara kombucha. Proses fermentasi dipengaruhi oleh waktu fermentasi dan konsentrasi gula yang ditambahkan. Tujuan penelitian ini yaitu menentukan pengaruh konsentrasi gula dan waktu fermentasi pada fisikokimia dan sensoris cascara kombucha. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor, yaitu konsentrasi gula (5, 10, dan 15%), dan waktu fermentasi (6, 8, 10, dan 12 hari). Hasil yang didapatkan yaitu interaksi antara konsentrasi gula dan lama fermentasi berpengaruh signifikan terhadap kadar alkohol, dan sensoris (warna, aroma, rasa, dan overall). Namun, interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak signifikan terhadap berat nata dan total asam tertitrasi yang dihasilkan. </p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/198PENGARUH KONSENTRASI ENZIM SELULASE DAN WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN, pH DAN KADAR ANTOSIANIN DARI BUAH SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) 2024-12-31T01:05:01+00:00Guswiyanto Safi’imarniza@unib.ac.idMarniza Marnizamarniza@unib.ac.idTuti Tutuarimamarniza@unib.ac.id<p>Senggani (Melastoma malabathtricum L.) is a wild plant and the fruit contains anthocyanin <br>pigment. Usually, anthocyanin pigment is extracted by a maceration method. Increasing the yield and <br>shortening the extraction time can be used by enzymes as catalysts. The research goals determine the <br>effect of cellulase enzyme concentration and extraction time on the fruit pH, yield, and anthocyanin <br>levels. The research was arranged in a completely randomized design with two factors, namely enzyme <br>concentration (0.1%, 0.2%, 0.3% v/v) and extraction time (50, 70, 90 minutes), by three repetitions. The <br>research results obtained showed that the enzyme concentration and extraction time had a significant <br>effect on yield, pH, and anthocyanin levels, but the interaction was not significant. The anthocyanin <br>yield obtained was 50.98%-65.70% with anthocyanin levels of 120.06-510.99 mg/L. The enzyme <br>concentration of 0.3% and extraction time of 90 minutes were the best treatments.</p> <p><br>Keywords: anthocyanin, enzyme, extraction, senggani</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/200ABU JANJANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI PUPUK KALIUM PADA BAWANG MERAH YANG DIBUDIDAYAKAN DI TANAH GAMBUT2024-12-31T01:14:04+00:00Alpin Junartamerakati@unib.ac.id Merakati Handajaningsihmerakati@unib.ac.idFaiz Barchiamerakati@unib.ac.id<p>The research aims to determine the best dose of oil palm bunch ash as a substitute for <br>KCl for growth, and yield of shallot plants on peat soil. The research took place from January to <br>March 2020 located in Bengkulu City. The experimental design used in this research was a <br>Complete Randomized Block Design with a single factor, a combination of oil palm bunch ash <br>(OPBA) doses and KCl fertilizer. The treatment combinations were 100% KCl (300 kg KCl/ha), <br>75% KCl + 25% OPBA (225 kg KCl/ha + 171.10 kg OPBA/ha), 50% KCl + 50% OPBA (150 <br>kg KCl/ ha + 342.20 kg OPBA/ha), 25% KCl + 75% OPBA (75 kg KCl/ha + 513.30 kg<br>OPBA/ha), and 100% OPBA (689.41 kg OPBA/ha). Each treatment was repeated 4 times. The <br>collected data was analyzed statistically with Analysis of Variance (ANOVA) using the F test <br>5% level. Comparisons of mean values between treatments were tested using the Duncan <br>Multiple Range Test (DMRT) 5% level. The best application combination of OPBA with KCl <br>in peat soil for shallot plants was 225kg KCl/Ha + 171.10 OPBA/ha (75% KCl + 25% OPBA). <br>At this dose, the bulb number per clump and dry weight of shallot bulbs reached the best values <br>compared to the other treatment combinations. Palm oil bunch ash could substitute 25% of <br>potassium requirements from KCl for cultivated shallot on peat soil.</p> <p><br>Key word : oil palm waste, organic fertilizer, peat soil, fertilizer substitution</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/202KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT VARIETAS HIBRIDA MELON (CUCUMIS MELO L.) PADA BEBERAPA FREKUENSI FERTIGASI NPK 2024-12-31T01:21:44+00:00Deva Eri Efranicatur_herison@unib.ac.idCatur Herisoncatur_herison@unib.ac.idRustikawaticatur_herison@unib.ac.id<p>The public's increasing consumption of melons necessitates an enhancement in national <br>melon production. One approach to achieving this is through the application of technology, <br>focusing on using superior varieties and fertilization techniques utilizing the NPK fertigation <br>system. This study aims to evaluate the growth response and yield of several hybrid melon <br>cultivars to different frequencies of NPK fertigation. The experimental design used in this study <br>was a complete randomized block design (RCBD) with two factors and three replications. The <br>first factor was the hybrid melon variety, comprising four cultivars: Rock Melon Okasa F1, <br>Merlin F1, Jumbo F1, and Golden Eskis F1. The second factor was the frequency of NPK <br>compound fertigation application, consisting of four levels: control (60 g/plant applied at the <br>start of planting by broadcasting, representing the total dose with overall frequency), 5 times <br>(12 g/l, with an interval of 12 days), 10 times (6 g/l, with an interval of 6 days), and 15 times (4 <br>g/l, with an interval of 4 days). The initial application was concurrent with the start of planting. <br>Each experimental unit consisted of 4 plants. The experiment results showed varying responses <br>among the four varieties to increased fertigation frequency in terms of the variables of male <br>flowering age and fruit sweetness level. The best male flowering age variable was exhibited by <br>the Golden Eskis cultivar with 15 applications, while the fruit sweetness level variable in the <br>Golden Eskis cultivar was best with 5 and 15 applications. The Jumbo F1 cultivar was the best <br>among the tested cultivars based on fruit weight, fruit diameter, fruit firmness, flesh thickness, <br>and fruit circumference. Ten applications of NPK fertigation were the best treatment based on <br>fruit diameter and tended to increase the weight per fruit.</p> <p><br>Key word: hybrid melon, fertigation frequency, NPK fertilizer</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/197PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L). Merr) PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN WAKTU PENGENDALIAN GULMA 2024-12-31T00:48:37+00:00Ozy Syahdewaunurjanah@unib.ac.idUswatun Nurjanahunurjanah@unib.ac.idRustikawatiunurjanah@unib.ac.id<p>Edamame (Glycine max L. Merill) is a type of horticultural plant that can grow in tropical <br>areas. Nowadays, edamame has become an exclusive snack so that it is always available in modern <br>markets. Information on weed control in edamame cultivation is very useful for increasing production. <br>This research aims to: 1) Evaluate the interaction of planting distance with weed control time on <br>edamame growth and yield, 2) Determine the right planting distance to increase edamame growth and <br>yield, 3) Determine the right weed control time to suppress the rate of weed growth in edamame <br>plantations. The study was conducted from August to October 2021 in farmers' land, Bentiring <br>Village, Muara Bangkahulu District, Bengkulu City. The study used a Complete Randomized Block <br>Design (RAKL) with two factors and three replications. The first factor was the planting distance <br>232 <br>consisting of three levels, namely: J1 = 20 cm x 12.5 cm, J2 = 20 cm x 25 cm and J3 = 20 cm x 37.5 <br>cm. The second factor was the weed control time consisting of four levels, namely T1 = clean weeds <br>(weeds are controlled once a week), T2 = weeded 15 days after planting (dap), T3 = weeded 15 dap <br>and 30 dap, and T4 = weeded 15 dap, 30 dap, and 45 dap. The results showed that there was no <br>interaction between planting distance and weed control time on all observation variables. A planting <br>distance of 20 cm x 12.5 cm (J1) was the most appropriate planting distance to increase plant height, <br>weight of full pods per plot, and total pod weight per plot. Meanwhile, the 4 weed control times tested <br>had no significant effect on all edamame observation variables. <br>Keywords: edamame, weeds, planting distance, control time</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/207TINGKAT SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI2024-12-31T02:48:24+00:00Arsi Arsiarsi@fp.unsri.ac.idSeptiana Anggrainiarsi@fp.unsri.ac.idSuparmanarsi@fp.unsri.ac.idHarman Hamidsonarsi@fp.unsri.ac.idYulia Pujiastutiarsi@fp.unsri.ac.idMei Rizqi Nurlailatus Sholichaharsi@fp.unsri.ac.id<p>Corn (Zea mays L.) is an important food crop in Indonesia that plays a strategic role in the national economy as a source of food, feed, and industrial raw materials. One of the causes of low maize productivity is pest and disease problems that can cause losses in both quality and quantity. One type of pest and two types of disease attack maize plants, namely armyworm, leaf spot, and leaf rust. Pest and disease control that farmers widely practice is using pesticides to maximize productivity. This study was conducted to see the usefulness of pesticides in controlling pests and diseases in corn plants. The method used was by conducting interviews and field observations. Based on the results of research on corn farmers have an average age of more than 60 years with the highest level of education SMA. The land used in farmer cultivation is borrowed by the landowner. Insect pests found were Spodoptera frugiferda, while diseases found were leaf sheath and leaf rust. Pests and diseases that attack corn plants have different levels of attack.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/199HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI DAN KANDUNGAN FLAVONOID PADA BAWANG MERAH SRIKAYANG GENERASI M2 2024-12-31T01:09:51+00:00Annisa Adelia Nur Rahmawatiannisa.adelianr@gmail.comNandariyahannisa.adelianr@gmail.comParjantoannisa.adelianr@gmail.com2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/228RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN JERAMI PADI DAN PUPUK KANDANG SAPI2025-01-08T11:48:09+00:00Hesti Pujiwatihesti_pujiwati@unib.ac.idSigit Sudjatmikohesti_pujiwati@unib.ac.idEvandrahesti_pujiwati@unib.ac.idPutri Mian Hairanihesti_pujiwati@unib.ac.id<p>Pengembangan kedelai di lahan marginal Entisol memiliki kendala rendahnya kandungan bahan organik dan unsur hara yang rendah. Penggunaan jerami padi bertujuan untuk menambah bahan organik pada tanah Entisol yang memiliki kandungan pasir yang tinggi. Aplikasi urin sapi untuk menambah unsur hara di lahan Entisol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan interaksi Jerami Padi dan Urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan Entisol, menentukan dosis terbaik urin sapi dan jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan entisol, dan menentukan dosis terbaik Urin sapi dan jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan entisol. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2023 hingga Januari 2024 di Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Rancangan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan menggunakan uji F pada taraf 5% jika terdapat perbedaan nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Polinomial Orthogonal. Faktorial terdiri dari 2 faktor sebagai perlakuan, yaitu Urin Sapi dan Jerami Padi yang diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 satuan percobaan, Dari hasil penelitian yang menunjukan 1). Interaksi antara Urin Sapi 4 L/ha dan Jerami Padi 4 ton/ha merupakan dosis terbaik yang menghasilkan tinggi tanaman terbaik diantara perlakuan Tinggi tanaman, kehijauan daun, jumlah biji, dan berat kering akar, 2) Dosis Urin Sapi 4 L/ha merupakan dosis terbaik memberikan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah polong pertanaman, jumlah bintil akar dan bobot biji pertanaman, 3) Dosis Jerami Padi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/208APLIKASI NANOBUBBLE GENERATOR TIPE ALIRAN BERPUTAR PADA HIDROPONIK SMART WATERING SYSTEM SWU-012024-12-31T03:06:28+00:00Eza Zahrotul Fuadaheza19001@mail.unpad.ac.idAsep Yusufeza19001@mail.unpad.ac.idSophia Dwiratna Nur Perwitasarieza19001@mail.unpad.ac.id<p>This study investigates the impact of a rotating flow-type nanobubble generator on the hydroponic Smart Watering Unpad model SWU-01. SWU-01 automates watering using gravity and Archimedes' principle. However, it suffers from low dissolved oxygen (DO) levels, ranging from 2.2 mg/l to 3.9 mg/l, which is below the recommended range of 4-8 mg/l. Nanobubbles, which remain dissolved in water for extended periods, can potentially address this issue. The rotating flow nanobubble generator operates by creating a pressurized, rotating water flow within a cylinder, leveraging Bernoulli's principle. This study utilized ambient air for nanobubble formation. DO was measured with a DO meter, and temperature was monitored with a thermo-hygrometer. Results indicate that the addition of nanobubbles significantly affects the DO levels in SWU-01. The control group (P0) maintained DO levels between 2.2 mg/l and 3.9 mg/l over 24 hours, while the nanobubble-treated group (P1) increased DO from 4 mg/l to 7.5 mg/l. P1 also maintained a DO level of 6.2 mg/l after 24 hours in the morning. Both P0 and P1 showed a decrease in DO values as temperature increased.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/209POTENSI VANILI (Vanilla planifolia Andrews) SEBAGAI TANAMAN OBAT: REVIEW2024-12-31T03:10:26+00:00Nur Rahmawati Wijayan.rahmawatiwijaya@gmail.comDevi Safrinan.rahmawatiwijaya@gmail.com<p>Vanilla (Vanilla planifolia Andrews) is a plant from the Orchidaceae family. This plant has economic value in food flavorings, perfumes, preservatives, cosmetics and medicine. Vanilla also has health benefits such as improving blood sugar, lowering pain, losing weight, and reducing depression and anxiety. Indonesians traditionally use vanilla for wound treatment. Americans use this plant for fever, impotence and rheumatism medication. Vanilla contains vanillin, vanillic acid, 4-hydroxybenzoic acid, p-hydroxybenzyl alcohol, and 4-hydroxy-benzaldehyde. Several research studies confirm that this plant also acts as an anticancer, antioxidant, anti-inflammatory, and aphrodisiac. The plant propagation of vanilla can cuttings. The review aimed to inform the public that vanilla plants have great potential as a raw material for traditional medicine.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/210EFEKTIVITAS DURASI PERENDAMAN BENIH MENGGUNAKAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN (CEP) TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH, INDEKS VIGOR DAN PERTUMBUHAN BIBIT JAGUNG2024-12-31T04:10:53+00:00Indri Yanil Vajritrizelia@yahoo.comTrizeliatrizelia@yahoo.comHaliatur Rahmatrizelia@yahoo.comYusniwattrizelia@yahoo.com<p>Entomopathogenic fungi (EPF) act as biocontrol against various types of insect pests and can live as endophytes on various types of plants. EPF also acts as a bio stimulant by producing hormones to increase germination and plant growth. EPF as a bio stimulant can be applied using the seed treatment method and its effectiveness is influenced by the type of fungus and the duration of seed soaking. The aim of the research was to determine the effect of the duration of soaking seeds using EPF on germination, vigor index, and growth of corn seedlings. The EPFs used include Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, and Trichoderma asperellum. Research was carried out in laboratory and semi-field conditions. Corn seeds were soaked in EPF conidia suspension at a concentration of 1 x 108 conidia/ml and/or in sterile distilled water for 3, 6, 12, and 24 hours. The germination percentage was observed on the 7th day after inoculation, the vigor index was observed on the 12th day after inoculation and seedling growth was observed on the 28th day after inoculation. The research results showed that overall, soaking seeds in EPF suspension could increase seed germination, vigor index and growth of corn seedlings. Soaking corn seeds in EPF suspension for six hours is the best duration to increase seed germination, vigor index and growth of corn seedlings. B. bassiana is the best EPF in increasing seed germination and T. asperellum is the best EPF in increasing the vigor index and growth of corn seedlings.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/211SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L) DI DESA SUMBER AGUNG, KECAMATAN ARMA JAYA, KABUPATEN BENGKULU UTARA2024-12-31T04:27:48+00:00Sindi Noviyantisindyvoviyanti1010@gmail.comTunjung Pamekassindyvoviyanti1010@gmail.comSad Hasanisindyvoviyanti1010@gmail.com<p>Crystal guava is a plant that belongs to the family Myrtaceae with the Latin name Psidium guajava (L) Merr. This plant is very liked by the people of Indonesia because of its sweet taste, as the name implies, the flesh of the crystal guava fruit is pure white. Able to observe pest attacks on Crystal Guava plants in the yard area, Identify ecosystems on Crystal Guava plants in the yard area. This activity was carried out in Sumber Agung Village, Arma Jaya District, North Bengkulu Regency. Activities are carried out by technical activity implementers from the Extension Field and in the field accompanied by extension demonstrators and farmers. Stages of Activities, namely Opening and adapting the environment The initial activities carried out were the opening and release of MBKM Bina Desa students to Sumber Agung Village. Survey of observation locations In this activity, each group of students was delivered by a field supervisor to meet the farmer group that had set the pasa at the opening. Observation of yard plants Observations are carried out in the yard. Based on observations there are various kinds of pests and diseases that attack Crystal Guava (Psidium guajava L.), including Cocci Beetle ( Epilachna admirabilis), Whitefly (Paracoccus marginatus), Red Rust, Soot Dew, Aphis Aphid (Aphis gossypii), Caterpillar shoots / leafworms, Fire Ants (Solenopsis sp.) and Spiders For control carried out by spraying Ecoenzymes. Ecoenzymes are versatile natural fluids derived from leftover fruits/vegetables, sugars and water.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/212PENGELOLAAN EKOSISTEM TANAMAN PERKEBUNAN DI BALAI PELATIHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI BENGKULU (BPPMDDTT)2024-12-31T04:39:37+00:00Abellia Ega Putriabelliaabeng@gmail.comTunjung Pamekasabelliaabeng@gmail.com<p>Identifying or observing plantation plant ecosystem management at the Training and Empowerment Center for Village Communities in Disadvantaged Regions and Transmigration Bengkulu (BPPMDDTT) Time and Place of this activity was carried out at the Training and Empowerment Center for Village Communities in Disadvantaged Regions and Transmigration North Bengkulu (BPPMDDTT) and carried out on the date September 22, 2023 to November 9. The implementation mechanism is observing the land and the process of managing oil palm nurseries, recommendations for fertilizing oil palm produce and surveying and mapping the land. Pests, diseases and weeds of palm oil seedlings, namely pearl grass (Oldenlandia) babadotan (Ageratum conyzoides L.) elephant grass (Pennisetum purpureum) belulang grass (Eleusine indica) night beetle pest attack (Apogonia sp) leaf spot. During the activities the author worked or carried out activities, he gained a lot of experience and material which became a broad insight with professional knowledge in the world of work and was able to implement theories found in the lecture world in the real world.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/213SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH DAN KERAGAAN TANAMAN PADI DI TANAH GAMBUT YANG DIAPLIKASI DENGAN PUPUK NPK-ORGANIK DAN EXCELZYME2024-12-31T04:46:03+00:00Yessy Dwi Oktavianipriyono@unib.ac.idPriyono Prawitopriyono@unib.ac.idBambang Gonggo Murcitropriyono@unib.ac.idKanang Setyo Hindartopriyono@unib.ac.idMohammad Chozinpriyono@unib.ac.id<p>Peatlands are considered marginal lands due to their limited mineral resources and high lignocellulose content, which result in less fertile soil and slow decomposition processes. The application of NPK-organic fertilizer is expected to enhance peat fertility, while the addition of excelzyme aims to accelerate the decomposition of lignocellulose. This research aimed to identify the best combination of NPK-organic and Excelzyme doses for improving soil chemical properties and the agronomic performance of rice. The study was conducted from February to May 2023 at the Wire House, Faculty of Agriculture, University of Bengkulu, using a two-factor Completely Randomized Design (CRD). Factor I was the dose of Organic NPK: P1 = 80 g/polybag, P2 = 100 g/polybag, and P3 = 120 g/polybag. Factor II was the dose of Excelzyme: E0 = 0 mL/polybag, E1 = 250 mL/polybag, and E2 = 500 mL/polybag. Each treatment was repeated three times, resulting in 27 experimental units, with each unit comprising 2 polybags, resulting in 54 polybags. The research results indicate that the application of a combination of organic NPK fertilizer and Excelzyme has no effect on the agronomic performance of rice in peat soil. There is no interaction between the doses of organic NPK and the concentration of Excelzyme on the chemical properties of the soil and the agronomic performance of rice in peat soil. High lignocellulose content is followed by poor agronomic performance. This shows that peat with high lignocellulose content (usually undeveloped peat) does not support good growth and yield of rice.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/214ANALISIS FAKTOR C MENGGUNAKAN INDEKS VEGETASI CITRA LANDSAT OLI SEBAGAI MASUKAN ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI DI DAS AIR BENGKULU2024-12-31T04:57:47+00:00Rozzalyn Agustin Pratamabsulistyo@unib.ac.idBambang Sulistyobsulistyo@unib.ac.idRiwandibsulistyo@unib.ac.idEsi Asyani Listyowatibsulistyo@unib.ac.id2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/230EFEKTIVITAS KALSIUM KARBONAT (CaCO3) UNTUK MENGURANGI KELARUTAN KADMIUM (Cd) PADA ENTISOLS DAN INCEPTISOLS2025-01-08T12:00:08+00:00Rizki Yolandamuktamar@unib.ac.idZainal Muktamarmuktamar@unib.ac.idHerry Gusmara1muktamar@unib.ac.id<p>Penggunaan pupuk dan pestisida sintetik yang berlebihan dapat menimbulkan akumulasi logam berat dalam tanah, salah satunya kadmium (Cd). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas kalsium karbonat (CaCO3) untuk mengurangi kelarutan kadmium (Cd) pada Entisols dan Inceptisols. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – April 2021 di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis kalsium karbonat yang terdiri dari 3 taraf yaitu 0 ton/ha, 2,5 ton/ha, dan 5 ton/ha. Faktor kedua adalah dua sampel tanah yaitu Entisols yang diambil dari Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu dan Inceptisols diambil dari Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga satuan percobaan pada penelitian ini berjumlah 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika tanah diberi perlakuan Cd, pH tanah secara umum menurun selama 8 minggu inkubasi. Pemberian CaCO3 dapat menurunkan kadar Al dapat ditukar dan menaikkan pH dan KTK tanah seiring dengan peningkatan dosis CaCO3 yang diberikan, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap penurunan kelarutan Cd.<br>Kata Kunci : CaCO3, Entisols, Inceptisols, Kadmium</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/234POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN SALAK VARIETAS GULA PASIR (Salacca zalacca var. amboinensis) DI KECAMATAN PADANG JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA2025-01-08T12:30:26+00:00Iffah Izzatuddinillahiffahizzatuddinillah0202@gmail.comKanang S Hindartoiffahizzatuddinillah0202@gmail.comYulianiffahizzatuddinillah0202@gmail.com<p>Tanaman salak merupakan buah tropis yang digemari, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kebutuhan. Potensi produksi salak di Padang Jaya dapat menjadi salah satu penunjang pemenuhan kebutuhan pasar, dengan perlunya analisis secara fisik maupun kimia dari tanah dan faktor pendukung lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak gula pasir dan mengidentifikasi model pengelolaan lahan tanaman salak gula pasir berdasarkan faktor pembatas di Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2019 dilakukan dengan metode survei, klasifikasi kesesuaian lahan (FAO,1976) dan dijelaskan dalam hasil secara deskriptif.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan peta kerja satuan peta lahan (SPL) yang berasal dari overlay unit lahan skala 1 : 250.000 lembar 0912 dan peta lereng, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis laboratorium dan data sekunder, penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan teknik pencocokan (matching) masing-masing karakteristik lahan.Kesesuaian lahan mewakili kecocokan fisik lahan untuk suatu macam peruntukan dan penggunaan lahan mewakili ketersediaan lahannya. Sehingga memberikan empat tingkat kesesuaian yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Dengan kesesuaian lahan potensial yang sudah mendapatkan perbaikan maka tanaman salak varietas gula pasir dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di Kecamatan Padang Jaya. Dengan model pengelolaan, maka dengan kelas lereng 1-3 termasuk kategori cukup sesuai untuk dilakukannya upaya pengembangan tanaman salak gula pasir. Dimana tanaman salak juga termasuk tanaman yang tidak dapat terpapar sinar matahari secara langsung, maka perlu adanya model alley cropping disesuaikan dengan tanaman keras lainnya yang dapat menaungi tanaman salak.<br>Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Potensi Pengembangan Tanaman, Salak Gula Pasir</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/235PENGARUH LAND APLIKASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK TANAH ULTISOL DI KECAMATAN KARANG TINGGI KABUPATEN BENGKULU TENGAH PROVINSI BENGKULU2025-01-08T12:34:03+00:00Sukisnosukisno@unib.ac.idWahyudi Ariantosukisno@unib.ac.id<p>Limbah cair pabrik kelapa sawit berpotensi menjadi sumber nutrisi alternatif bagi tanaman kelapa sawit. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit ke lahan, berdampak positif bagi tanah dan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dampak aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada lahan terhadap berat volume tanah, permeabilitas tanah, porositas tanah, dan tekstur tanah. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dilakukan dengan mengalirkan limbah tersebut dari kolam pengendapan ke lahan yang telah dibuat parit (rorak). Setelah enam bulan aplikasi, dilakukan pengukuran berat volume, permeabilitas, porositas, dan tekstur tanah pada lahan yang diberi perlakukan (rorak), lahan antar rorak, dan kontrol, pada kedalaman tanah 0-30 cm dan 30-60 cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan dengan aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki berat volume lebih tinggi dibandingkan pada kontrol, tetapi lebih rendah dari lahan antar rorak, baik lapisan 0-30 cm maupun 30-60 cm. Porositas tanah pada lahan rorak lebih tinggi dibandingkan pada lahan antar rorak, tetapi lebih rendah dibandingkan pada lahan kontrol. Demikian juga untuk permeabilitas tanah, permeabilitas tanah pada rorak lebih tinggi dibandingkan pada lahan antar rorak, tapi lebih rendah dibandingkan kontrol. Sementara itu, tekstur tanah tidak terpengaruh oleh aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit. Nilai permeabilitas tanah merupakan salah satu syarat izin boleh tidak dilakukannya aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada lahan. Hasil pengukuran menunjukkan nilai permeabilitas tanah di lokasi masih berada pada rentang nilai yang diizinkan untuk melakukan aplikasi lahan limbah cair pabrik kelapa sawit, yaitu 1,87 cm/jam pada top soil dan 4,75 cm/jam . Ambang batas toleransi permeabilitas tanah untuk land aplikasi adalah 1,5 cm/jam – 15 cm/jam Oleh karena itu, aplikasi pada lahan limbah cair pabrik kelapa sawit masih diperbolehkan, sesuai dengan peraturan pemerintah, dan juga harus mempertimbangkan dampak lainnya terhadap sifat kimia dan biologi tanah.<br>Kata Kunci : berat volume, permeabilitas tanah, porositas tanah, tekstur tanah</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/232PEMANFAATAN ULTISOLS DAN INCEPTISOLS DALAM MENGGUNAKAN KOMPOS JERAMI PADI SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL JAGUNG (Zea mays saccharata Sturt)2025-01-08T12:19:23+00:00Bandi Hermawanbhermawan@unib.ac.idZheny Wahyu Ningsybhermawan@unib.ac.idHasanudinbhermawan@unib.ac.id<p>Ultisols dan Inceptisols adalah jenis tanah yang banyak ditemukan di Indonesia dengan kandungan unsur hara yang rendah. Salah satu masalah yang muncul pada tanah Ultisols dan Inceptisols adalah tingginya kandungan aluminium, yang mengakibatkan rendahnya ketersediaan fosfor (P) dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimal limbah jerami padi untuk memperbaiki beberapa sifat kimia tanah, serapan P, dan hasil panen jagung manis di Ultisols dan Inceptisols. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah dosis jerami padi yang terdiri dari lima tingkat, yaitu 0 ton/ha, 5 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, dan 20 ton/ha. Faktor kedua adalah jenis tanah, yaitu Ultisols dan Inceptisols. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis jerami padi hingga 20 ton/ha belum mencapai level optimal dalam meningkatkan sejumlah sifat kimia tanah, serapan P, dan hasil pertumbuhan jagung manis di Ultisols dan Inceptisols. Meskipun demikian, pemberian jerami padi hingga 20 ton/ha masih diikuti oleh peningkatan sejumlah sifat kimia tanah, serapan P, dan hasil pertumbuhan jagung manis di Ultisols dan Inceptisols. Dalam hal perbandingan, tanah Inceptisols menunjukkan kinerja lebih baik daripada tanah Ultisols dalam hal pH tanah, serapan P, tinggi tanaman, bobot brangkasan basah, bobot brangkasan kering, dan bobot tongkol berkelobot.<br>Kata Kunci : jagung, kimia tanah, kompos jerami</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/236ANALISIS POTENSI WILAYAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA2025-01-08T12:36:50+00:00Sigit Puspitosigi027@brin.go.idDedi Kurniawansigi027@brin.go.id<p>Pembangunan daerah difokuskan pada peningkatan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan pangan, terutama dari sektor pertanian dan peternakan. Kabupaten Belitung Timur, yang masih bergantung pada produk peternakan yang didatangkan dari luar daerah, memiliki potensi besar untuk pengembangan ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi sumber daya lokal yang ada untuk mendukung pengembangan peternakan di Belitung Timur. Metode yang digunakan adalah survei dan studi pustaka, dengan data primer dan sekunder dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian setempat. Variabel yang diamati meliput profil sumber daya manusia peternakan, potensi antar kecamatan dengan menggunakan metode Location Quotients (LQ) untuk menentukan komoditas ternak unggulan di setiap kecamatan, potensi ketersediaan pakan, fasilitas pendukung, dan daya tampung wilayah. Hasil menunjukkan bahwa dari 30 peternak yang di survei sebagian besar tingkat pendidikan di bawah SMP dengan pengalaman beternak dibawah 10 tahun dan sistem pemeliharaan semi intensif dan ekstensif. Analisa potensi setiap kecamatan memberikan hasil bahwa kecamatan seperti Damar, Gantung, Simpang Pesak, dan Dendang memiliki potensi besar untuk pengembangan sapi potong, sementara Kelapa Kampit, Manggar, dan Simpang Renggiang cocok untuk pengembangan kambing. Total bahan kering yang tersedia untuk pakan ternak mencapai 59.375 ton per tahun. Daya tampung wilayah mencapai 17.884 satuan ternak (ST) dengan Indeks Daya Tampung mencapai 14 yang artinya sangat aman untuk pengembangan ternak dengan potensi pengembangan mencapai 16.623 ST. Dengan optimasi sumber daya lokal, Kabupaten Belitung Timur berpotensi menjadi pusat pengembangan peternakan ruminansia yang signifikan, mendukung ketahanan pangan dan ekonomi lokal.<br>Kata Kunci : Potensi wilayah, Peternakan, Ruminansia, Daya Tampung Wilayah, Belitung Timur</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/233PENGARUH PARITAS TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI SAPI BALI DI PETERNAKAN RAKYAT DI BENGKULU TENGAH2025-01-08T12:21:52+00:00Tatik Sutekytsuteky@unib.ac.idDwatmadjitsuteky@unib.ac.id<p>Paritas (berapa kali ternak melahirkan) berhubungan erat dengan fertilitas sehingga paritas dapat mempengaruhi beberapa aspek kinerja reproduksi pada sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh paritas ternak terhadap performa reproduksi induk sapi Bali di Bengkulu Tengah. Sapi Bali betina yang dipilih adalah dengan sapi Bali dengan paritas 1 sampai dengan 5 yang di IB dengan semen beku sapi Bali. Sebanyak 58 ekor sapi Bali betina di evaluasi performan reproduksinya berdasarkan observasi langsung dan wawancara dengan peternak dan inseminator serta berdasarkan recording. Variabel penelitian yang diamati adalah service per conception (S/C), conception rate (CR) lama bunting, calving rate (CvR), dan lama partus. Untuk mengevaluasi pengaruh paritas terhadap semua variabel yang di amati digunakan Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan S/C berkisar antara 1.66-2.2 CR 76,92 -91.67%, lama bunting 280,81-284,54 hari , CvR 69,23-85,71% dan lama partus berkisar antara 2,44 -2,83 jam. Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata (P>0,05) antara paritas terhadap semua variabel performa reproduksi sapi Bali yang diamati. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang sangat nyata (P<0.01) antara conception rate dengan calving rate dengan angka korelasi sebesar 0, 850.<br>Kata Kunci : angka konsepsi, lama bunting, sapi Bali</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/237STUDI BODY CONDITION SCORE DAN UMUR TERHADAP SERVICE PER CONCEPTION DAN ANGKA KEBUNTINGAN SAPI PADA SISNAK DI PESISIR BENGKULU TENGAH2025-01-08T12:39:46+00:00Dwatmadjidwatmadji.2008@gmail.comTatik Sutekydwatmadji.2008@gmail.comJarmujidwatmadji.2008@gmail.com<p>Terbatasnya sumber pakan ternak ruminansia sebagian dapat diatasi dengan SISNAK (Sistem Integrasi Sawit-Ternak) dengan memanfaatkan lahan perkebunan sawit yang belum dimanfaatkan. Peran SISNAK sangat penting dalam dalam pengembangan ternak sapi potong pada masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh Body Condition Score (BCS) dan umur terhadap Service per Conception (S/C) dan angka kebuntingan pada sapi Bali yang dipelihara secara semi intensif pada SISNAK. Enam puluh (60) ekor sapi Bali dipilih secara purposive dengan kriteria BCS 2 dan 3 (skala 1-5) dan umur 4 sampai dengan 8 tahun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey. Data primer dan data sekunder diperoleh melalui pengamatan dan wawancara secara langsung. Variabel yang diamati adalah BCS, umur ternak, S/C) dan Conception Rate (CR). Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan Mann Whitney U Test dan uji Kruskall Wallis. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang nyata (P<0,05) angka S/C pada BSC 2 dan BCS 3, namun tidak pada CR. Hasil uji Kruskall Wallis menunjukkan bahwa umur sapi Bali tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap S/C dan CR.<br>Kata Kunci : integrasi sawit ternak, reproduksi, semi-intensif</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/224STUDI MORFOMETRIK BAGIAN TUBUH AYAM KUB YANG BERKORELASI DENGAN PREDIKSI BERAT BADAN AKHIR2025-01-08T04:37:00+00:00Heri Dwi Putrantoheri_dp@unib.ac.idNurmeiliasariheri_dp@unib.ac.idDani Muhammad heri_dp@unib.ac.idBrata Bieng heri_dp@unib.ac.idBeta Helenda Sariheri_dp@unib.ac.idYumiati Yossie heri_dp@unib.ac.id<p>Ayam KUB merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. Ayam hasil rekayasa teknologi kawin silang ini masih belum lazim dijumpai pada peternakan rakyat di Provinsi Bengkulu. Riset ini bertujuan untuk menganalisis korelasi ukuran morfometrik 3 bagian tubuh terhadap berat badan akhir ayam KUB kelamin campuran. Obyek riset adalah 100 ekor DOC ayam KUB kelamin campuran. DOC dipelihara secara intensif sejak hari pertama pada kandang brooding selama 28 hari. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Joleksi data parameter morfometrik pada panjang dada, lebar dada dan dalam dada dilakukan setiap minggu menggunakan sampel 50 ekor ayam yang telah diambil secara acak dan telah ditandai dengan nomor gelang kaki. Data morfometrik dianalisis menggunakan Analisis Regresi, dihitung Koefisien Korelasi dan dibahas secara deskriptif. Hasil riset menunjukkan bahwa ayam KUB kelamin campuran yang dipelihara intensif selama 28 hari menghasilkan ukuran panjang dada <br>24,26 sampai 56,09 mm/ekor, lebar dada 19,77 sampai 37,85 mm/ekor, ukuran dalam dada 24,12 sampai 51,79 mm/ekor, berat badan 39,48 sampai 331,40 g/ekor. Terdapat hubungan antara parameter dependen dengan parameter independen yang berkorelasi sangat kuat terhadap panjang dada, lebar dada, dalam dada sebesar 0,968. Parameter 3 bagian tubuh berpengaruh <br>tidak nyata terhadap berat badan akhir ayam KUB yang dipelihara hingga umur 28 hari. </p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/225ANALISIS KETEPATAN PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN 3 JENIS KOMPONEN MESIN KRITIS PADA RIPPLE MILL2025-01-08T04:43:48+00:00DeandriDeandri59@gmail.comMursalinDeandri59@gmail.comDiana Pebriani DaulayDeandri59@gmail.com2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/226ANALISA KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI SKALA MENENGAH2025-01-08T05:18:19+00:00Annisa’ Suci Rahmadinialfi_asben@yahoo.comAlfi Asbenalfi_asben@yahoo.com Kurnia Harlina Dewialfi_asben@yahoo.comYuni Ernitaalfi_asben@yahoo.com<p>Pengembangan industri pengolahan susu memiliki hubungan erat dengan berbagai aspek, salah satunya adalah aspek kelayakan investasi. Pembangunan industri pengolahan susu harus dipastikan layak secara finansial. Oleh karena itu, analisis kelayakan investasi dalam pengembangan industri susu sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kelayakan investasi industri pengolahan susu dengan menggunakan kriteria NetBenefit Cost Ratio (Net-B/C-ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Metode yang digunakan adalah pendekatan survei, dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan industri pengolahan susu skala menengah memerlukan total biaya investasi sebesar Rp 3.758.370.000, dengan biaya investasi tetap sebesar Rp 3.417.700.000. Biaya produksi (total biaya tetap dan variabel) untuk 1.440.000 liter susu pasteurisasi per tahun mencapai Rp 21.215.781.000, dengan penerimaan sebesar Rp 28.800.000.000 per tahun. Pendapatan bersih setelah dikurangi pajak adalah sebesar Rp 5.915.690.820 per tahun. Hasil analisis kelayakan investasi menunjukkan bahwa Net-B/C-ratio adalah 8,3, NPV sebesar Rp 55.341.495.290, IRR sebesar 93%, dan PBP sebesar 1 tahun 1,6 bulan. </p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASIhttps://conference.unib.ac.id/index.php/senatasi/article/view/227MENILAI VARIABEL INPUT DAN OUTPUT YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI TEKNIS DAN VOLATILITAS HARGA GABAH, BERAS, DAN PUPUK (DAMPAK SUBSIDI DAN PENGAWASAN PEMERINTAH)2025-01-08T06:03:16+00:00Farida Mardhatillafmardhatilla@gmail.com Lies Sulistyowatifmardhatilla@gmail.com Trisna Insan Noorfmardhatilla@gmail.comHepi Hapsarifmardhatilla@gmail.com<p>Interval harga dan variasi harga gabah dan beras, terutama di negara berkembang, cenderung berdampak pada fungsi produksi dan efisiensi dalam pertanian padi sawah. Namun, untuk mencapai efisiensi teknis bergantung pada hubungan antara pertanian padi dan non-padi dan efisiensi ekonomi. Oleh karena itu, petani harus memahami pertukaran yang melibatkan variabel laba pertanian. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mengevaluasi fungsi produksi usahatani padi, yang mencakup faktor input dan output. Fungsi produksi pada dasarnya menjelaskan hubungan fisik antara input dan output, dengan input berupa umur petani, benih, pengalaman dan adopsi teknologi di kalangan petani padi, serta latar belakang pendidikan dan keterampilan petani padi. Di sisi lain, output dapat terdiri dari variabel dependen (misalnya, produksi, efisiensi harga, efisiensi ekonomi, efisiensi teknis, tingkat keuntungan dari pertanian padi dan non-padi). Tujuh puluh sembilan artikel diteliti dan dikategorikan berdasarkan fokusnya pada model, praktik, fungsi produksi, faktor input dan output yang relevan dengan usahatani padi. Meskipun banyak penelitian memiliki ruang lingkup global, pendekatan untuk mengevaluasi efisiensi teknis menunjukkan variabilitas geografis. Analisis mengungkapkan bahwa fungsi produksi sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat input komponen usahatani padi khususnya di Asia dan Indonesia. Selain itu, efisiensi teknis dalam pertanian padi dan non-padi cenderung terkait dengan keseimbangan subsidi harga tertinggi dan terendah (misalnya benih,gabah dan pupuk) yang berlaku pada skala berbeda. Sebagian besar model praktis untuk analisis fungsi produksi telah dirancang dan diimplementasikan oleh organisasi pengembangan dengan dukungan ilmiah. Disarankan untuk meningkatkan kolaborasi antara praktisi, entitas pembangunan, dan ilmuwan untuk mempromosikan pengembangan bersama yang bertujuan mengidentifikasi strategi berkelanjutan untuk mempersempit kesenjangan hasil, meningkatkan produktivitas, dan menyelaraskan dinamika input-output dengan subsidi pemerintah untuk mencapai kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan produktivitas pertanian dan target fluktuasi harga. Disarankan untuk memperbaiki elastisitas transmisi harga gabah ke harga beras dalam konteks dan lanskap tertentu, mengingat perbedaan pola harga gabah dan harga beras eceran dengan melibatkan petani, pekerja penyuluhan, ilmuwan, dan pembuat kebijakan lokal.</p>2025-01-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 SENATASI